Kamis, 16 Juni 2016

Strobe Edge - Part 4 Tamat


Sekolah Ninako mulai penuh dengan hiasan dan pernak-pernik festival sekolah. Tiap kelas membuat stand yang berbeda-beda. Dikelas Ninako mereka membuka stand rumah hantu dan Ninako memakai cosplay seperti kelelawar.



Ando saat berjalan-jalan melihat Mao sedang diganggu kakak kelas cowok. Gadis itu Nampak ketakutan karena cowok-cowok itu menarik-narik tangannya. Ando sedikit khawatir lalu pura-pura pergi ke tempat mao untuk menawarkan brosur. Tapi cowok-cowok itu menolak dan mendorongnya.
Nao buru-buru menarik tangan mao dan mengajaknya lari. Cowok-cowok itu tidak tinggal diam dan mengejar mereka.




Sementara itu di stand rumah hantu di kelasnya, Ninako dan Ren giliran menjaga stand mereka. Tapi tidak ada satupun pengunjung yang datang.
“gak ada pengunjung sama sekali ya” kata Ninako gugup
Ren mengangguk “ehmmm.. akhir-akhir ini kamu kehilangan semangat”
“nggak kok… yosh kita kerja lagi… aku akan mencoba berteriak.” Ninako lalu naik ke atas kursinya dan mulai berteriak  ‘Rumah hantu sudah dibuka! Silahkan berkunjung! rumah hantu disini sangat menyenangkan loh!’

“apakah karena kamu tidak mau bersama denganku” ucap Ren tiba-tiba. Ninako kaget dan berhenti berteriak.

“meskipun gak banyak membantu tapi aku ingin jadi penyemangatmu. seperti apa yang sudah kamu lakukan untukku.

Ninako tidak menanggapi kata-kata Ren. Ia mulai berteriak lagi “Kami memiliki rumah hantu. Silahkan datang dan bermain bersama-“
Saat Ninako mau naik ke atas meja, kakinya agak tersandung dan hampir jatuh. Ren langsung memegang tubuh NInako agar tidak terjatuh.

“Apa kamu baik-baik saja?” Tanya Ren khawatir. Karena malu dan bingung bersikap didepan Ren, Ninako langsung berlari pergi meninggalkan Ren.







Ando dan Mao terus berlari sampai di parkiran sepeda.

“Terima kasih sudah membantu ku.” Ucap Mao
“tak apa”

“Aku sangat senang. Aku memikirkan banyak hal... ...tentang dirimu... Dan tentang Ren... “ kata mao lirih

“Jika aku tidak lari pada saat itu... Mungkin aku tidak akan kehilanganmu.. seandainya pada saat itu aku lebih berusaha. Jadi sekarang aku... ...serius untuk mengejar Ninako-chan.” Kata Ando lalu pergi. “Aku pergi dulu.”

“Tunggu!” cegah Mao “Aku sudah berbicara dengan Ninako-senpai. Aku bercerita klo aku yang merusak persahabatan Takumi dan Ichinose-senpai.”
“Apa?” Ando kaget mendengarnya.

“Aku pikir dia akan berhenti mendekati Ichinose-senpai.”
“Jadi karena kau begitu sangat menyukai Ren-“

“Tidak. Yang aku cintai itu...adalah kamu, Takumi-kun.” Sahut mao

Ando jadi tambah kaget mendengar pengakuan dari Mao “Apa yang sedang kau bicarakan? Apa kau sudah lupa tentang apa yang telah kau lakukan? Saat kau bersama ku, kau dan Ren melakukan-“

“Ciuman itu... Akulah yang memaksa untuk berciuman dengannya.” Mao membongkar kejadian beberapa tahun lalu itu.

“Aku tahu kamu tidak bisa memaafkan ku. Tetapi...Ichinose-senpai tidak salah apa-apa. Jika kau tahu aku tidak serius tentang hubungan ku dan kamu... .kamulah yang pasti sangat tersakiti...Jadi aku tidak mengatakan apa-apa padamu.”

“Ada apa dengan mu?”

“Aku sangat menyesal. aku tau kamu saat itu begitu terluka. Makanya aku lakukan apa saja untuk kamu. Aku juga merusak hubungan Ninako dan Ichinose senpai. Dengan begitu.. mungkin nanti kamu bisa berpacaran dengan Ninako….Maafkan aku... Maafkan aku...” kata mao terisak.

Ando menghela nafas “selama ini kamu juga tersakiti kan?” mao mengangguk pelan.

“Kalau begitu, ini sudah cukup... karena orang yang dulu aku suka juga merasakan sakit yang sama… ini sudah cukup.”
Ando menepuk bahu Mao pelan dan melangkah pergi. Mao hanya berdiri menangis.


Suara panggilan agar semua murid berkumpul di halaman sekolah membuat semuanya berlarian ke halaman sekolah.  Ren mencari Ninako tapi tidak bertemu juga. Ren lalu mencari Ninako di dalam kelas.

Ninako ternyata benar ada didalam kelas. Ren bernafas lega. Ia berjalan mendekati Ninako yang berdiri menatap keluar jendela kelas.
Ninako melihat Ren masuk kedalam kelas dan ia buru-buru mengambil tas untuk keluar kelas.

“Hei...apa aku telah berbuat salah? Kenapa kau menghindariku?” Tanya Ren
“Aku tidak menghindarimu kok” sahut Ninako berjalan pergi.

“hei... tuh kan kamu menghindar…” kata Ren menghalangi Ninako pergi.
Ninako hanya tertunduk

“ Kamu bahkan tidak mau menatapku… Aku mencintaimu, Kinoshita-san.” Ucap Ren.



Ninako terkejut dengan pengakuan Ren, ia menatap Ren.
“Kehadiranmu didalam hatiku terus tumbuh dan tumbuh. Itu terjadi saat aku masih berpacaran dengan Mayuka jadi aku berusaha menghapus kehadiran dirimu dalam hatiku…. Tapi aku tak bisa…  Aku mau kamu berpacaran denganku.”
Ren menunggu jawaban dari Ninako tapi gadis itu tiba-tiba berbalik mau pergi.
“Aku mau pulang.”

Ren langsung menghalanginya dengan menarik tangan Ninako. “Kau masih belum menjawab pertanyaanku.”
Ren memojokkan (kabedon) Ninako ke dinding dan menghalangi Ninako pergi dengan tangannya “Jawab aku. Sebelum kamu memberikan ku jawabanya, aku tidak akan melepaskanmu.”

Ninako berusaha menahan perasaannya dan tertunduk tak sanggup melihat ke wajah Ren yang begitu dekat dengannya. “Sudah cukup bagiku... Aku juga sedang memiliki banyak masalah!” seru Ninako terisak.
Matanya saat menatap Ren sudah penuh airmata membuat Ren juga terkejut dan merasa bersalah.

“Maafkan aku... “ Ren menarik tangan yang memagari Ninako. Ren dengan tatapan sedih berbalik mengambil tasnya.
Ia lalu berhenti didepan Ninako.
“Aku tak bermaksud memaksamu.. aku tidak akan memaksa mu untuk menjawabnya. Aku yang gak bisa sabar seperti ini malah membuatmu merasa nggak nyaman..  Maafkan aku.”
Ren lalu keluar dari kelas mereka.



Setelah Ren keluar, airmata Ninako sudah tidak bisa dibendung lagi. Ninako menangis terisak. Seharusnya ini jadi saat yang membahagiakan dirinya karena Ren yang ia cintai menyatakan perasaan padanya. Tapi karena ia tak mau merusak persahabatan Ren dan Ando maka ia harus mengubur perasaannya itu.

Ninako dari ruang kelasnya menatap kearah Ren yang pulang dengan langkah gontai. Entah karena merasa ia diperhatikan atau alasan lainnya, tiba-tiba Ren menoleh ke ruangan kelasnya lagi. Ninako langsung bersembunyi dibalik tirai kelasnya.



Ren berpapasan dengan Ando di halaman sekolah.
“Aku telah ditolak” ucap Ren lesu sambil terus berjalan.
Ando terkejut dan berbalik memperhatikan Ren “Kenapa?”

“Kenapa???... Itu berarti aku bukanlah orang yang dia inginkan..” ucap Ren melanjutkan langkahnya.

Ando mengejar Ren dan berdiri didepan cowok itu. Ando menepuk bahu Ren “klo begitu, sekarang giliranku untuk menyatakan perasaanku padanya?”

Ren menepis tangan Ando yang ada dibahunya dan melangkah pergi.
 “bolehkan?!” teriak Ando
Ren tak menjawab, hanya tertunduk melanjutkan langkahnya.



Ando pergi mencari Ninako didalam kelasnya. Ando melihat Ninako duduk diatas kursi Ren.
“disitu tempat duduknya Ren kan?” ucap Ando mengagetkan Ninako yang sedang melamun.
“ahh aku salah kursi” Ninako bangkit berdiri dan pindah ke kursinya sendiri.

Ando berdiri disamping Ninako. “Apa kamu menyerah begitu saja sama Ren?”

“Apa?”  Ninako berpura-pura tidak paham maksud omongan Ando.

“Apa kau kasihan padaku?” Tanya Ando sambil duduk dimeja Ninako. “Kau sudah dengar cerita dari Mao, kan. Apakah kau merasa kasihan pada ku makanya kau menolak Ren?”

“Ini bukan seperti yang kamu pikirkan.” Sahut Ninako.

“bahkan kau tak membalas perasaanku... kau memasang wajah datar, terus aku harus bagaimana? Kau dan Ren benar-benar bersikap sama... demi orang lain kau bersikap sabar…  apa yang telah kau lakukan itu cuma untuk memuaskan diri sendiri…”

“klo kamu memang kasihan padaku, tak akan lengkap klo….”tiba-tiba Ando menunduk dan mencium bibir NInako.

Ninako terkejut dan mendorong tubuh ando. Ninako berjalan menghindari Ando.

“klo begitu terimalah cintaku” ucap Ando
Ninako emosi, ia berbalik dan mau menampar Ando. Tapi tangannya berhenti saat ia melihat ando menutup matanya seolah siap menerima tamparan Ninako.



“Kau sengaja melakukannya kan...” ninako menaruh tangannya dengan lembut diwajah Ando. Cowok itu kaget karena tangan ninako menyentuh lembut pipinya dan bukan sebuah tamparan.
“Kau sengaja melakukan itu... ...agar aku membenci mu, kan? Agar aku bisa terima cintanya Ren kan?”
“Apa yang sedang kau bicarakan?” bantah Ando

“aku menolak Ren-kun... agar kita semua tetap terus bisa berteman. Tapi justru karena itu membuat ku merasa sangat tersakiti. Dan aku mulai tidak menyukai diriku sendiri yang perlahan-lahan menjadi serakah.”

“tak apa-apa klo jadi seperti itu.. mencintai seseorang itu bukan cuma perkara menyenangkan saja. Ada juga rasa tersakiti...dan menderita.” Kata Ando berdiri disebelah Ninako

“Aku... tidak pernah mengerti arti sebenarnya dari sebuah cinta. Dan pada akhirnya... aku hanya melindungi diriku sendiri. Maafkan aku...” Ninako menangis didepan Ando

“Aku membiarkanmu menderita dari semua kesedihan in. Maafkan aku... Aku nggak mau berbohong padamu lagi… karena orang yang aku sukai adalah Ren, sampai kapanpun.... meskipun akan berakhir dengan menyakiti orang lain... Aku masih menginginkan Ren.” Ucap Ninako terisak-isak.

Ando mengangguk pelan dan mencium kepala Ninako lembut.
“Pergilah. Jika kau mengejarnya, kau pasti akan mendapatkannya.” Ucap Ando.

Ninako segera berlari meninggalkan Ando untuk mengejar Ren.



Setelah ninako pergi, airmata Ando tak bisa dicegahnya berlinang.
Mao yang sebenarnya dari tadi ada disana segera masuk ke dalam kelas. Ando buru-buru menghapus airmatanya.

“Kau pria yang baik...” kata Mao
“Berisik...”

“Ini sekarang giliran aku... Aku akan jujur dan selalu adil untuk mendapatkan hati Takumi.” Kata Mao menyatakan perasaannya pada Ando.

Ando terdiam cukup lama sebelum ia menjawab mao.

“aku sekarang bukan orang yang mudah seperti dahulu”

“oke.. Dengan begitu, kau bisa tau seserius apa aku ini...” jawab mao tersenyum. Ia berjanji dalam hatinya klo ia akan mendapatkan cinta Ando lagi seperti dahulu.



Ninako terus berlari mengejar Ren yang sudah tidak Nampak di halaman sekolah.
Kedua sahabatnya dan Daiki segera berlari mengejar Ninako dari pagar Sekolah.

“Hei! Ada apa, Ninako?”
“Aku pergi dulu” sahut Ninako

“Kemana?” Tanya temannya.
Daiki yang melihat Ninako langsung bisa menebak. Ia hanya tersenyum dan berteriak “Hati-hati di jalan! Berjuanglah!”

“Kemana dia pergi?” Tanya sahabat Ninako
Teman cewek yang satunya dan Daiki hanya tersenyum “dasar Bodoh...”



Ninako terus berlari keluar sekolahan melewati jalanan yang menuju stasiun sekolah. Sepanjang jalan ia teringat awal perjumpaannya dengan Ren.

Ren berdiri menunggu keretanya. Ia menoleh ke dalam stasiun berharap ada keajaiban Ninako menyusulnya. Saat kereta yang ditunggu datang, Ren melangkah masuk kereta dan kembali teringat kenangan kebersamaannya bersama Ninako.

Ninako sudah sampai di stasiun, tapi kereta sudah terlanjur pergi. Ninako tertunduk lesu. Saat ia menoleh ke ujung stasiun, ia kaget melihat Ren berdiri di ujung sana. Ninako langsung berlari ke tempat Ren.



Ren juga kaget melihat Ninako disana dan berlari ke arahnya. Renpun ikut berlari ke tempat Ninako.
Ninako berdiri terengah-engah mengatur nafasnya. Ia sudah berlari dari sekolah sampai stasiun yang sudah menguras tenaganya.

“Ano... aku ingin kau mendengar yang aku katakan... Aku mungkin tidak bisa mengatakan ini dengan baik... jadi tolong dengarkan...”
Ren mengangguk pelan.
“Maafkan aku...” ucap Ninako yang tiba-tiba terisak didepan Ren

“Pelan-pelan saja... Aku akan mendengarkannya...” ucap Ren lembut

Ninako mengangguk, mencoba menahan isaknya. “Saat... mendengarmu mengatakan "aku menyukaimu"... Jujur, aku sangat senang.” Ninako kembali terisak.
“Tapi... Jika aku menerimamu... seseorang akan terluka... Tapi hanya karena alasan itu... Aku ... telah membuat kesalahan..” tangis Ninako semakin mengeras. Ia jadi semakin susah meneruskan kalimatnya.



“ Sebenarnya... Sebenarnya, aku ingin... ...bersama-sama denganmu... ...walaupun itu hanya melakukan hal kecil... seperti meneleponmu... .mengirimkan pesan untuk mu... berkencan dengan mu di sebuah cafe... berbagi kue bersama-sama denganmu meski  nanti aku akan makan lebih banyak dari punyamu.”

Ren tersenyum mendengar ucapan terakhir Ninako soal kebiasaan Ninako makan banyak.
“Maka aku akan mengatakan "Hal ini tidak akan membantu... dan aku akan memberikan sebagiannya lagi untuk mu...” Ren menggenggam tangan ninako yang masih menangis didepannya itu “Kita akan menjalaninya bersama-sama... Tanpa mengatakan apa-apa... Kita akan selalu saling berpegangan tangan... “

“Meskipun aku bilang... "Aku juga memiliki banyak masalah..." sebenarnya  aku tidak punya sama sekali.  cuma satu hal yang ingin aku katakan…Aku... ...menyukaimu, Ren-kun.” Ucap Ninako menatap Ren.

Ren tersenyum dan memeluk Ninako “Aku juga menyukaimu, Kinoshita-san. Sangat  menyukaimu...”

Dan Ninakopun menangis bahagia dipelukan Ren.



TAMAT


3 komentar:

  1. Terimakasih banyak kak sudah nulis sinopsis strobe edge, seneng banget ada yg mau meluangkan waktu untuk nulis sinopsis
    maaf kak mau kasih koreksi, acuh itu peduli kak, mohon dikoreksi untuk kedepannya.
    terimkasih banyak

    BalasHapus
    Balasan
    1. oh oke thank ya koreksinya.. aku selama ini taunya acuh = tak peduli/cuek... baru ngeh sekarang... hehehe.. harusnya aku tulis "acuh tak acuh" or langsung aku tulis "tak peduli" saja ya.. thanks.

      Hapus
  2. Makasih Eunike-chan, sukses slalu yaa. Jgn bosen nulis sinopsis dorama karena aku ga akan bosen bacanya,hehe. Btw, seisei suruhodo aishiteru-nya aku tunggu kelanjutannya loh. Ganbatte !

    BalasHapus