Jumat, 10 Juni 2016

Strobe Egde - Part 2




Ninako, daiki dan teman-teman sedang memperhatikan Tim basket mereka berlatih. Disana ada Ren dan Ando yang jadi anggota tim basket.

Daiki cerita tentang keluarganya.

“ayahmu menikah lagi?”
“Kemarin aku diberitahunya mendadak.”
“Kau bisa menerimanya?”

“Jika dia ingin menikah, maka aku hanya bisa mendo'akannya saja. Itu menurutku. Tapi menurut kakak ku... dia masih percaya kalau suatu saat nanti, keluarga kami bisa kembali seperti dulu lagi.” Ucap Daiki yang terlihat sedih itu.
  


Pulang sekolah Ninako dan teman-teman melihat Ren seperti buru-buru keluar kelas saat bel pulang berbunyi.
“Akhir-akhir ini Ren sering pulang cepat ya?”
“Iya.”
“Kau tahu kenapa?”
“sepertinya dia mulai kerjaan sampingan. dia selalu datang tiap malam untuk menemui kakak ku.” Kata Daiki.

Ia pernah mendengar pembicaraan Ren dan kakaknya. Ren mencoba menenangkan Mayuka yang sedang bersedih.

“Aku akan selalu ada untuk mu. Jadi tenang saja, tentang ayahmu. perlahan terimalah keputusan dia.” Kata Ren saat itu
“Terima kasih.” Mayuka memeluk erat Ren.


“….kemudian dia kembali bekerja lagi.” Lanjut daiki “… selalu berfikir kapan Ren tidur.
Rasanya kalo cowok di andalkan ceweknya pasti dia akan berjuang mati-matian, kan?”  Ninako hanya tersenyum samar.



Didalam kereta yang membawanya kesekolah, Ninako sedang memandangi gantungan HP pemberian Ren padanya itu. Banyak hal yang terlintas dipikirannya saat ia melihat gantungan itu.

Ninako sampai di loker sekolah untuk mengganti sepatunya. Ia melihat Ren sudah ada disana. Wajah Ren terlihat pucat dan lemah.

“Ren-kun, Selamat pagi.” Sapa Ninako
“Pagi.” Sahut Ren tersenyum kecil

“Aku dengar dari Daiki, tentang Mayuka-san. tapi karena ada kamu jadi tidak akan ada masalah, kan?”
“Aku pikir sekarang yang hanya bisa ku lakukan adalah berada disampingnya.” Jawab Ren sambil berjalan.
Ninako mengangguk “Itu benar.”


Ninako dan Ando diperpustakaan sekolah untuk mencari buku yang dibutuhkan. Ando melihat ninako sering bengong berdiri diantara rak buku.

“Ninako-chan? Ninako-chan?”
Ninako menileh “Apa?”
“Jangan hanya diam saja.Setelah ini kita harus segera ke kelas.”
“Maaf, maaf.” Ninako tersadar dan mencari buku yang dibutuhkannya.

“sebentar lagi kau tidak akan menyukainya lagi kan? Maksudku, tentang Ren?” Tanya Ando
“Ngak papa, kok. Aku sendiri yang seenaknya menyukai dia. Meskipun hanya sebagai teman itu sudah cukup.” Jawab Ninako berlagak tidak peduli.

“kata-kata yang luar biasa. Kau tahu, kalau manusia itu orang yang cukup serakah? Jika kau benar-benar menyukainya pastikan lah berharap lebih dulu.” Ando berjalan mendekati Ninako dan menaruh kedua tangannya diantara tubuh Ninako (kabedon).

“Tapi... Ren sudah punya pacar. Tanpa memandang antara kamu dan dia, tidak peduli seberapa dekat kalain bedua. Dia ngak akan bisa pacaran sama kamu. Cinta yang tak terbalas darinya. Pikiran ini suatu saat nanti akan mencapai batasnya.”

“yang memutuskan batasku... bukan kamu.” Sahut Ninako sambil menyingkirkan tangan Ando. Ninaki segera berjalan meninggalkan Ando.


 Flash back Ren dan Mayuka.

 “Orangtua ku akhirnya memutuskan untuk bercerai. Ayah lah... yang meninggalkan rumah. Dulu kami masih bisa tertawa bersama. begitu sangat menyenangkan. Apa mereka hanya berpura-pura bahagia?” isak Mayuka disamping Ren.  “Maaf, kalau begitu aku pergi kursus dulu” pamit Mayuka.

Ren melihat Mayuka terlihat sangat rapuh dan ia jadi mengkhawatirkan gadis itu.
“Hari ini tidak usah pergi dulu. Aku akan selalu berada disampingmu. Mulai dari hari ini... dan seterusnya. Aku akan selalu berada disampingmu. Aku berjanji.” Janji Ren saat itu.


Saat pulang sekolah tubuh Ren sangat lemah dan ia pingsan di stasiun kereta. Beberapa teman sekolah yang ada disana langsung menolongnya.
“Ren-kun, bagaimana keadaanmu sekarang?” sebuah suara lembut menyambutnya saat ren  mulai tersadar kembali.

Ren melihat Ninako duduk disamping tempat tidurnya “ahhhh...” Ren memegangi kepalanya yang ada compress handuknya.

“Di stasiun, tadi kamu dikerumunin orang-orang... kemudian aku melihat Ren-kun terjatuh dilantai.” Jawab Ninako

“apa Kamu... terus disampingku?”
“Karena aku mengkhawatirkan mu.” Jawab Ninako
“Terima Kasih”
“Baik.”



Ren mencoba bangun dan Ninako langsung buru-buru membantu Ren duduk ditempat tidur. Ninako menggunakan punggung tangannya untuk mengusap lembut leher Ren untuk memeriksa suhu tubuh cowok itu.

“Aku nggak keren sekali ya?” ucap Ren lemah. Ia malu Ninako melihatnya dalam kondisi seperti itu. “ berbicara sok hebat sambil memotivasi dia…” Ren tersadar ia sedang mengeluh pada Ninako. Ia menghela nafasnya  “ahh.. Apa yang sudah kukatakan ini.”

“Tidak seperti itu kok.” Sahut Ninako tersenyum. “ Tidak papa, klo terkadang kita tak usah terlalu bersemangat.” Kata Ninako sambil memberikan handuk basah pada Ren.
“Begitu ya.”
“Apa yang baru saja ku katakan juga sok hebat ya?” Kata Ninako malu-malu. Ia menepuk lembut punggung Ren “Aku mau membeli minuman dulu. Kamu istirahat saja dulu.”



Setelah Ren lebih kuat, mereka akhirnya pulang bersama. Karena kecapean menunggu Ren yang pingsan, Ninako tertidur didalam kereta. Tanpa sadar Ia tertidur dibahu Ren yang duduk disebelahnya.
Ren tersenyum dan membiarkan gadis itu tetap tertidur.

Suara pemberitahuan kereta sampai distasiun Shinsakuta mengagetkan Ren. Itu adalah stasiunnya tapi ia tidak mau membangunkan Ninako yang tertidur dibahunya itu. Ren membiarkan stasiunnya terlewati dan Renpun lama-lama ikut tertidur.



Ninako tersadar dari tidurnya dan ia malu saat tahu klo ia tertidur dibahu Ren. Cowok itu juga terbangun.
“Maaf. Aku ketiduran.” Ucap Ninako malu

Suara pemberitahuan kereta sampai di stasiun Nijunodai membuat Ninako merasa bersalah pada Ren.
“Ini kan stasiun tempat aku turun. karena aku ketiduran Ren-kun melewatkan stasiunnya.”
“Aku juga sudah baikkan. Dan lagipula aku juga ketiduran.” Jawab Ren berbohong klo ia tidak turun distasiunnya karena ketiduran.

“Kamu bohong kan? kamu diam agar aku tidak terbangun kan? Maaf ya.” Ninako meminta maaf lagi.
“Aku benar-benar ketiduran. Jadi kamu ngak perlu minta maaf.”


 Ren ikut turun bersama Ninako. Ia mengikuti Ninako yang berjalan didepannya.
“Sampai disini saja.” Kata ninako berbalik melihat ke Ren.
“Aku ingin mengantarmu sampai ruang tunggu, setidaknya biarkan aku mengantarmu. Bahaya karena sudah larut malam.” Kata Ren.

“pulanglah” tolak Ninako.
“Sudah hampir sampi juga, jadi tanggung. Hari ini keretanya lebih telat dari biasanya.”

“Kalau begitu... hati-hati ya.” Kata Ninako
“Kamu juga. Sampai jumpa.”
“Sampai jumpa.”
Mereka lalu berpisah. Ninako tiba-tiba teringat sesuatu dan buru-buru mengejar Ren.

“Ren-kun... tunggu dulu sepertinya aku memang ingin mengantarmu.”
Ren menoleh ke belakang dan melihat Ninako yang berlari menuruni anak tangga ke arahnya. Kaki Ninako terpeleset dan ia hampir terjatuh ke lantai. Ren segera menangkah tubuh Ninako kedalam pelukannya.

Ninako malu dan melepaskan tubuhnya yang berada dipelukan Ren.
 “ah.. Mengejutkan sekali. Maaf, aku selalu saja seperti ini.” Kata Ninako
Ren tiba-tiba menarik tubuh Ninako kedalam pelukannya. Ninako terkejut dan hanya berdiam.
Ren tersadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Ia melepaskan pelukannya pada Ninako. “Hari ini benar-benar sudah larut malam. Pulanglah.” Bisik ren
Ninako hanya mengangguk.
“Sampai jumpa.” Pamit Ren meninggalkan Ninako.



Ninako masih shock dengan apa yang barusan ia alami. Ia hanya melihat kereta yang dinaiki Ren pergi. Ia jadi teringat apa yang pernah Ando ucapkan di perpustakaan waktu itu. “Manusia itu memang serakah kan?”

Pikiran dan hati Ninako seolah membantah kalimat Ando yang terbesit dipikirannya ini. “Bukan begitu. Bukan seperti itu…” gumam Ninako pelan.

“tapi Ren sudah punya pacar…” kalimat Ando waktu itu muncul lagi

“Aku tahu itu!!” teriak Ninako pada apa yang ada dipikirannya.  Ia tidak mau menjadi orang serakah seperti yang diucapkan Ando waktu itu tapi hati kecilnya, ia ingin memiliki Ren!.

Didalam keretanya, Ren menerawang jauh. Ia teringat apa yang sudah ia lakukan barusan. Ia tidak tau apa yang membuatnya tiba-tiba memeluk Ninako seperti itu.



Sampai dirumahnya Ninako juga memikirkan semuanya lagi. Ia melihat gantungan HPnya lalu ia menariknya lepas dari Hpnya dan menyimpannya dalam kotak aksesoriesnya.



Ditempat kerjanya mayuka diberitahu klo tanggal 30 Juli nanti ada acara dan ia harus datang padahal ia sudah janji bersama dengan Ren.

Ren dan  Mayuka pergi ke pantai. Mereka berjalan diatas pasir dan memandang langit senja.

Ren menghirup udara pantai dan merasakan angin pantai “Anginnya mulai terasa seperti musim panas.” Ucap Ren
“Benarkah? Ren seperti anak anjing saja (bisa mengendus cuaca)” canda Mayuka.
Ia teringat dengan informasi yang didapat dari pekerjaannya tadi.
“Ano nee... Nanti aku ada pekerjan yang harus aku lakukan di hari pesta kembang api itu. Apa kamu akan marah?”

“Begitu ya? Kalau soal pekerjaan mau bagaimana lagi.” Sahut Ren
“Kamu yang selalu menyesuaikan aku.” Sesal Mayuka
“Dari pada disesuaikan lebih baik aku yang menyesuaikan.” Sahut Ren lagi.

Mayuka lalu memeluk Ren dari belakang. Ren terkejut dan khawatir. “Ada apa?”
“Tidak papa.” Sahut Mayuka sambil melepaskan pelukannya dan mengenggam tangan Ren dengan erat.
Mereka berdua lalu melihat ke langit kearah matahari yang mulai terbenam.



Tes disekolah sudah selesai. Dikelas hanya tinggal Ando dan Ninako.
“Maaf untuk kejadian yang kemaren. tanpa mengetahui bagaimana perasaan Ninako-chan aku banyak bicara. Maaf.” Kata Ando
“Aku memaafkanmu. Kau memikirkan tentang diriku kan? Terima kasih.” Sahut Ninako tersenyum. Ia tau ucapan Ando dulu tidak bermaksud jahat untuknya. Cowok itu hanya mengingatkannya saja.

“Aku pun juga pernah mengalami sakitnya dalam percintaan, kok.” Aku Ando
“Apa, Ando-kun pernah?”
“Ya. Aku Berpacaran saat masih SMP.”
“ah kamu juga pernah pacaran”
“tapi dia benar-benar sangat menyukai sahabat ku. Hanya untuk mendekati dia, dia memanfaatkan ku.” Lanjut ando.
Ninako terkejut dengan pengakuan Ando itu “Sampai segitunya?”

“dari awal sampai akhir. Dia tidak pernah memperhatikan ku. Kemudian suatu hari,
dia dan sahabat ku menghianati aku.”
Ando lalu duduk dikursi didepan Ninako dan menatap gadis itu
 “Sejak saat itu, Aku hanya biasa saja terhadap wanita. Tapi… maka dari itu, mulai sekarang aku akan berusaha untuk menemukan pasangan ku.”
“Begitu ya?” ucap Ninako mengerti.


Pulang sekolah Ando mengejar Ninako yang sedang menuruni tangga.
“Ninako-chan, apa kau mau nonton pesta kembang api?” Tanya Ando

“Sayuri-chan kayaknya udah ada janji sama temen SMP nya. Jadi aku pikir aku akan pergi sama Tsukasa-chan.” Jawab Ninako.
“Begitu ya? Kalau begitu bareng sama aku bagaimana?” ajak Ando
“Boleh saja, tapi aku coba tanya Tsukasa dulu ya.”
“Kalau begitu kita kumpul jam 7 malam di restoran sebelah danau SEASON sebelah timur ya. Setuju?”
Ninako mengangguk menyetujuinya.


Ren masih bekerja part time di restaurannya saat semua orang sudah bersiap-siap datang ke pesta kembang api dikota. Ando datang ke tempat Ren bekerja. Ia berjalan mendekati Ren yang masih membersihkan meja kotor bekas customer.

“Aku benar-benar suka sama Ninako-chan.” Kata Ando tiba-tiba. Ia lalu memperlihatkan kontak di HPnya pada Ren “Jadi, selain nama Ninako-chan, semuanya akan ku hapus.”

“Kau kesini hanya ingin mengatakan itu?” Tanya ren heran dan tidak paham kenapa Ando mengatakan itu padanya.
“Aku tidak habis pikir aku bisa suka sama wanita lagi.”lanjut ando lagi

“Hanya soal itu saja kau harus mengobrol sampai kesini? dari dulu kau itu tidak pernah berubah ya.”
“Baiklah lupakan saja.” Gerutu Ando.


Ren membawa baki yang penuh gelas kotor untuk dibawa masuk ke dapur. Tapi ia menghentikan langkahnya saat matanya menangkap bayangan Ninako yang masuk ke dalam restaurant itu. Ren terus melihat ke Ninako yang berbeda dari biasanya karena Yukata yang sedang dipakai gadis itu. 
Ninako juga terkejut melihat Ren sedang bekerja disana.
Ando ikut menoleh ke arah pintu dan melihat Ninako yang ada disana.
“Tsukusa-chan mana?” Tanya Ando berjalan mendekati Ninako.

“Tadi dia telpon katanya lagi tidak enak badan.” Jawab Ninako
“Begitu ya. Baiklah, Ayo berangkat.” Ando menepuk bahu Ninako dan mendorong gadis itu keluar dari restaurant. Ren hanya memperhatikan keduanya yang berlalu.


Ditempat lain mayuka sedang ada disebuah pesta dan bertemu dengan koleganya. Ia bahkan sudah mendapatkan pekerjaan langsung untuk tahun depan.



Ando dan Ninako berjalan ke tempat berlangsungnya pesta kembang api. Ando melihat dari tadi wajah Ninako murung.
“Kalo memikirkan dia boleh-boleh aja sih, tapi mukanya jangan ngambek gitu dong.” Ando mencoba bercanda.

“Aku tahu. Kau ngak tahu, kan? Aku terlalu menganggap enteng perasaan suka ku. tapi sebenarnya juga harus dipersiapkan dengan matang, kan?”

“kalau seperti ini terus kamu cuma akan sakit hati, kan.” kata Ando
“Kalau begitu aku harus bagaimana?”
“Kenapa kamu tidak menyerah saja. Untuk mencari pengganti yang lain misalnya.”

“yang lain, siapa?” Tanya Ninako.
Ando berjalan cepat dan berdiri menghadap Ninako sambil menunjuk ke dirinya sendiri sambil tertawa.
Ninako menganggap Ando bercanda dan menjawabnya dengan geli “Aku tidak bisa melakukan hal itu.”
Mereka berdua berjalan sambil tertawa-tawa.


“Takumi-kun...” panggil sebuah suara yang mengagetkan Ando.
Ninako dan Ando menoleh ke arah suara itu. Seorang gadis cantik dengan memakai Yukata tersenyum berjalan cepat ke tempat Ando berdiri.

“kebetulan sekali kita bisa ketemu di tempat seperti ini.” Kata gadis itu
“Mao...” gumam Ando yang masih terkejut melihat gadis itu ada disana.

“temanmu?” Tanya Ninako
“Saya Adik kelasnya ketika masih SMP.” Sahut Gadis itu pada Ninako. Gadis itu lalu memperhatikan Ninako “Apa kamu pacarnya Takumi-kun?”

“Bukan.” Bantah Ninako cepat.

“Bagaimanapun juga, bisa-bisanya kau menyapaku seperti itu.” Ando yang  sedari tadi diam tiba-tiba suaranya terdengar ketus dan marah menatap gadis itu “ Kenapa kau memasang wajah seperti itu? Kau pikir dengan memasang wajah seperti itu kau bisa menipu semua orang? Jangan main-main!” seru Ando ketus dan berjalan cepat meninggalkan tempat itu.


Gadis bernama Mao itu dan Ninako terkejut dengan kata-kata Ando. Ninako buru-buru mengejar Ando.

“Ando-kun! Ando-kun!” ninako mempercepat langkahnya menyusul Ando.
“Memangnya ada apa denganmu?” Tanya Ninako saat ia sudah bisa berjalan disamping Ando.
“Tadi itu adalah mantan ku ketika aku masih SMP. Sangat licik... itulah kata yang pantas untuk dia. Benar-benar membuatku sangat marah… memang sangat menyebalkan.”  Kata Ando tertawa getir dan emosi.
“Itu sangat kasar.” Kata Ninako. “Ini menunjukkan kalau... kamu dulu juga pernah sayang sama dia, kan? Karena itu ketika kamu dikhianati kamu sangat sakit hati.

“Tapi, yang salah itu memang aku.”

“Apa maksudmu?” Tanya Ninako
“tanpa memperjuangkan Mao, aku melepaskan dia begitu saja. Sangat begitu cepat perasaanku ini memang sangat berguna. Aku tidak akan pernah bisa memaafkan sahabatku itu. Itu terus membayangiku. Bahkan, mereka berdua hanya mementingkan diri mereka sendiri. Benar-benar sangat bodoh.”

“Ando-kun hanya sedikit terlalu kasar. Kamu tahu kalau kamulah yang paling tersakiti.
Tidak akan bisa memaafkan orang yang paling kamu sayangi. Setidaknya itu juga buat diriku. Tetapi kita bisa menyembunyikan masalah itu... dibalik sebuah senyuman. Tetapi itu memang sangat menyakitkan. Jadi kamu hanya sedikit terlalu kasar.” Ucap Ninako menatap Ando lembut.

Tiba-tiba Ando memeluk tubuh Ninako.

“Aku mencintaimu.”
Ninako terdiam shock.


“Apapun perasaan kamu sama Ren... aku akan membantumu menghapus semuanya.” Bisik Ando tanpa melepaskan pelukannya.

“Kamu masih saja melakukan lelucon seperti ini.” Ucap Ninako
Ando melepaskan pelukannya dan menatap Ninako ““Aku serius. “

Ninako kaget dan menatap Ando.
“Karena itu gunakan aku sebagai penggantinya (Ren).” Kata ando

“Aku tidak bisa melakukan itu.” Jawab Ninako pelan.

“Kamu tidak usah terburu-buru untuk menjawabnya. Aku juga tahu pasti kamu tidak akan langsung menjawabnya. Tapi suatu hari nanti... kamu pasti akan mencapai batasnya.” Kata Ando lagi lalu ia berbalik meninggalkan Ninako.



Ninako lalu pulang seorang diri meninggalkan pesta kembang api yang sudah mulai dinyalakan.

Ninako berjalan sampai didepan restaurant tempat Ren bekerja. Ia melihat Mayuka sedang ada disana berbicara dengan Ren.
Tanpa sadar mata Ninako berkaca-kaca. Ia tertunduk menahan airmatanya. Saat ia melihat ke dalam restaurant ia melihat Ren sedang memperhatikannya.

Mayuka heran melihat Ren yang menatap lurus keluar restaurant. Ia ikut menoleh. Ia melihat Ninako yang memakai Yukata sedang berjalan di depan restaurant. Mayuka jadi terdiam sedih mlelihat ekpresi wajah Ren saat menatap Ninako.



Mayuka mengajak Ren bertemu di sebuah tempat. Saat Ren datang ia melihat Mayuka sudah ada disana sedang melihat pemandangan kota yang terlihat dari tempat tinggi itu.
“Mayuka” sapanya
Mayuka menoleh pada Ren “Aku benar-benar kangen, Kita sering bertemu disini, kan?”

“ya Itu benar. Mengapa mendadak memanggil ku?” Tanya Ren yang penasaran kenapa Mayuka mengajaknya bertemu disini.
“sekarang banyak yang berubah, bangunan disebelah sana itu, juga rumah yang dibangun megah itu” Mayuka menunjuk ke beberapa bangunan yang sudah berubah.

“ masih banyak juga yang tak berubah.” Sahut Ren



Mayuka menoleh pada Ren “Ano nee.. Boleh aku berkata sesuatu?”
Mayuka lalu pergi ke tempat yang lebih teduh dan duduk disana.
“Aku sudah bisa menerima apa yang ayah lakukan. Aku sudah berbeda dari aku yang dulu. Bertemu denganmu... dan jatuh cinta dengan mu. Tanpa kusadari aku menjadi semakin kuat. Aku sudah baik-baik saja. Karena itu kita.....”

“Tunggu dulu….  Apa yang kamu maksud? kamu ingin mutusin aku?”
Ren langsung bisa menebak apa yang akan di katakan Mayuka.
“Benar sekali.” Jawab Mayuka tersenyum

Ren tertawa dan menganggap ucapan Mayuka tadi hanya sebuah candaan “Apa yang sedang kamu bicarakan?” tapi saat Ren melihat mayuka lagi, wajah gadis itu terlihat serius.
“Mengapa?” Tanya Ren pelan


“Pada saat pertama kali kita pacaran, Aku tidak memiliki siapa-siapa. Aku takut suatu hari nanti kamu akan meninggalkan ku pergi. Makanya aku ingin percaya pada diriku sendiri. Pekerjaan sebagai model menjadi sangat berharga bagiku. aku lebih memprioritaskan itu dari pada kamu.”

“Hanya karena itu? Alasan ini.....”
“Aku mengakui bahwa aku telah berubah…” Mayuka berjalan mendekati Ren. Menyentuh lembut dada Ren “disini (hatinya Ren)…. Ada seseorang selain aku kan? Ren, jangan memaksakan diri untuk mengabaikan perasaanmu”

“maksain gimana maksudmu itu? Apapun yang telah ku lakukan untuk Mayuka, apakah semua itu salah?” ucap ren sedih

“Semua yang kamu lakukan itu... bukan untuk ku. Kau hanya tidak ingin melanggar janjimu. Sebenarnya, aku benar-benar ingin tumbuh dewasa  bersama mu. “

Ren teringat janjinya waktu itu pada Mayuka.
“Mulai saat ini... Aku akan selalu berada disamping mu. Aku berjanji.”

Sekarang semua sudah berakhir. Ren sedih dan ia menitikkan airmata. 



BERSAMBUNG PART 3


1 komentar: